Saturday, September 29, 2012

Senandung Langit Cerah

Aku hanya ingin menyampaikan suatu senandung:

Aku kehilangan langit cerahku, tak tahu dimana dia, aku hanya dapat melihat awan hitam mengalir bercucuran, aku telah mati rasa, tak ada lagi tempat kucari, tak juga aku berjumpa dia. Aku takut aku tak bisa hidup tanpanya.

Kesalahanku maka dia meninggalkanku, aku bermain api, aku membakar hatinya. Tapi apakah prasangkaku? Hanya cemburu yang hampa dan tak berdasar, tak ada lagi penerangku, penakluk hatiku.

Dimana dulu aku berjalan, ketika sinar itu datang, langit cerah yang menaklukkan hatiku yang sedang kosong. Kagum aku padanya, ingin ku mendekapnya, apa yang kurang darinya? Akulah penyebabnya, aku pembunuh hatinya. Dia pergi, dia hanyut terbawa ombak yang dibelah karang, disana ia hancur berkeping-keping.

Apa yang kulakukan? Aku membakar hatinya, hati yang selalu menyenandungkan lirik prosa teduh, sajak syair tenang dan puisi bergelombang pesisir di hati, selalu ada saat ku sedih, saat awan hitam itu mengucur dari mataku. Aku menyakitinya kini. Jika aku bisa berteriak sampai menyentuh keping hatimu, dengarlah ini, "Aku mencintaimu langit cerahku, aku merindukanmu. Tangisku tak lagi sempurna tanpa ada dentum lahirnya sayang ucap bibirmu. Aku berdiri di koridor ini, koridor semu tanpa dirimu."

Aku mohon walaupun secercah saja, berikanlah sekeping saja, kesempatanku untuk membahagiakanmu, mengisi hati hampamu, dan segala getar jiwamu. Terlampau jauh aku memohon, tapi kabulkanlah, langit cerahku, penakluk hatiku.

Tak ada keberanian lagi, hilang sudah kekuatan dan kehidupan dalam hatiku, tanpa dirimu. Kau menjadi pengusir kelemahanku, langit cerah di hatiku.

Hampa dan kosong. Tak bisa lagi aku bersajak, sudah hampa senandungku tanpa kehadiranmu, tanpa senyummu, tanpa amarahmu pun aku lemah, langit cerahku, datanglah, aku mohon kembali, takluk hatiku padamu. Beribu ampun, segunung sesal, kuunjuk padamu semata.

Langit cerahku, jadikanlah aku pendampingmu walau hanya debu di pakaianmu. Jadikanlah aku bagian hatimu walau hanya racun yang tertelan oleh hatimu. Aku ingin bersamamu, tak jua orang lain.

Tapi, ambillah keputusanmu sendiri, jangan jadikan aku beban. Masih banyak tempat dan rintangan yang belum kau kunjungi, langit cerahku. Aku juga bahagia jika kau bahagia. Hanya padamu, hanya pada langit cerahku aku menyenandungkan sajak, prosa, puisi, dan lagu ini. Cintaku masih sama seperti cintaku yang kau ketahui dulu, kau selalu ada di hatiku.

-Dear Forever-

No comments:

Post a Comment