Sunday, September 23, 2012

H1 Edufair - Opening!

Hey ho! Sekarang gue ceritain tentang pembukaan Canisius Education Fair, 22 September 2012. Simak!

Setelah melewati malam yang melelahkan (baca post sebelumnya) gue bangun sekitar pukul 6.30 pagi (padahal disuruh kumpul di sekolah jam 6, hahaha). Tapi gue santai aja siap-siap buat berangkat. Lalu gue berangkat dari rumah nenek gue yang jarak ke stasiun Depok Lama hanya 5 menit jalan kaki. Gue naik kereta jam 7.21 dan sampai di stasiun Gondangdia jam 8 lewat, lalu sarapan di warung nasi uduk Bu Mia, langganan gue.

Dandanan gue versi telanjang dada (saat gladi bersih)

Jam setengah 9 gue pun sampai di sekolah dan langsung menuju ke sport hall, tempat persiapan pertunjukan. Gue lihat anak-anak udah pada lengkap kostumnya, dan udah selesai mengecat muka dan kaki mereka, tapi gue masuk ke sport hall berbaju batik tanpa dosa, hehehe... Gue langsung lepas batik dan pakai kaos hitam, seragam buat pemusik, dan langsung minta panitia orang tua untuk ngecat muka gue. Setelah selesai dicat, gue langsung pergi ke panggung buat check sound pemusik. Setelah check sound, beberapa menit kemudian acara pembukaan dimulai. Canisius Wind Ensemble (CWE) mengawali acara dengan dua buah lagu.

Tim pemusik sedang check sound
CWE dipimpin oleh konduktor Vincent Wiguna

Tepat setelah CWE selesai, pertunjukkan tari kolosal papua pun dimulai. Gue bertugas sebagai vokal grup. Sebenarnya tarian para siswa sudah sangat bagus dan kompak, gue salut melihat mereka, tetapi yang sangat disayangkan adalah kostum yang amburadul. Banyak sekali siswa yang memakai kostum yang tidak lengkap atau salah, sehingga kesan keasliannya sama sekali tidak tampak. Apalagi ditambah dengan warna body tyet krem yang sama sekali tidak sesuai dengan warna kulit orang papua pada umumnya (hitam). Alhasil, gue pun hanya bisa melihat sekumpulan anak yang memakai kaus krem dan meloncat-loncat, bukan sekumpulan penari papua yang sedang tampil. Faktor penyebab hal ini sangat banyak alasannya, mulai dari anak-anak tidak mengerti apa yang harus dipakai, tidak ada waktu membuat kostum, kurang bahan, tidak suka pakai body tyet, tidak suka sama pelatih, sampai tidak peduli akan kegiatan ini. Yah, bagaimanapun, gue setuju kalau dibilang edufair tahun ini atraksinya jauh di bawah tahun lalu dan tahun sebelumnya yang spektakuler dan kompak.

Formasi salib, terlihat sangat rapi dan kompak

Suku Asmat berseragam krem, Suku Dani berseragam hitam sedang menari bersama rombongan kepala suku yang diperankan guru-guru

Apresiasi yang sangat besar gue berikan buat kepala sekolah, Pater Heru, yang bersedia ikut menari dan tampil dengan menggunakan kostum papua. Beliau dengan sangat gembira ikut diarak-arak sambil menari-nari bersama anak-anak sebagai tokoh misionaris di tanah papua. Kecintaannya terhadap budaya memang patut diacungi jempol.

Pater Heru berkostum adat Papua 
Para guru sebagai kepala suku

Oh ya, gue ceritakan tentang isi tariannya. Tarian teatrikal ini bercerita tentang dua suku besar di Irian Jaya, yaitu Suku Asmat dan Suku Dani. Kedua suku hidup berdampingan dengan damai, dengan mata pencaharian masing-masing, yaitu Suku Asmat sebagai nelayan yang hidup di pesisir, dan Suku Dani sebagai petani yang hidup di gunung. Kegiatan di pasar dipenuhi dengan transaksi jual-beli dan interaksi para warga. Namun, setelahnya terjadi sebuah percekcokan yang membawa pada perang antar suku. Di tengah-tengah perang yang terjadi, datanglah seorang misionaris yang membawa pesan damai kepada kedua suku, sehingga akhirnya kedua suku pun menghentikan peperangan dan kembali bersatu sebagai saudara. Penuh makna!

Menari bersama sebagai lambang perdamaian
Setelah tarian selesai, acara pun dilanjutkan dengan sambutan dari Pater Heru, dan juga dari Perwakilan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Ibu menteri, yakni Marie Elka Pangestu, melalui perwakilannya menyampaikan bahwa Kanisius merupakan sekolah yang istimewa yang berperan aktif dalam pelestarian budaya Indonesia. Setelah sambutan, acara pun dibuka dengan pemukulan tifa oleh perwakilan menteri, dan pelepasan balon oleh kepala sekolah dan semua siswa. Langit Kolese Kanisius pun dipenuhi oleh balon-balon berwarna oranye dan biru, warna khas Kanisius. Setelah itu acara pembukaan pun selesai dan Education Fair dimulai.




Balon-balon mengudara di langit Kanisius
Perwakilan menteri membuka acara

Selama seharian, gue masuk ke dua presentasi, yaitu jurusan Musik dan Vista Education USA. Di presentasi jurusan musik, gue lumayan kecewa karena pembicaranya dateng telat setengah jam, dan materinya pun tidak menarik dan tidak lengkap, padahal gue udah tunggu-tunggu buat ikut presentasi jurusan musik. Setelah presentasi musik, yang gue lakukan hanya duduk-duduk dan muter-muter tanpa masuk ke stand apa pun. Sebenernya dibuat suatu kompetisi buat banyak-banyakan cap stand, tapi gue emang gak tertarik buat dapet hadiah apa-apa.

Spanduk-spanduk para sponsor

Mengecewakan, 'sang mantan' yang gue tunggu-tunggu ternyata nggak dateng. Yah, tapi gue berharap di hari kedua dia dateng. Temen-temen gue dari sekolah lain yang dateng gak bisa dibilang banyak, tapi ya lumayan sih, ada 3 orang dari Gonzaga, ada 2 orang dari SMK Teresia, Ada 6 orang dari St. Ursula. Temen-temen gue dari depok nggak ada satupun yang dateng, yah lumayan mengecewakan. Tapi gue gak terlalu nuntut banyak, karena depok itu jauh dari CC, dan rata-rata mereka gatau gimana cara ke CC, dan juga pasti males pergi jauh-jauh, apalagi ada yang paginya masuk sekolah. Tapi semoga mereka dateng hari Minggunya.

Bendera-bendera negara yang berpartisipasi dalam Edufair tahun ini (20 negara luar)

Di sore hari menjelang acara selesai, barulah gue masuk ke presentasi Vista. Sebenernya, gue gak ada jadwal presentasi itu, dan gak ada minat buat masuk ke situ, tapi guru gue Mr. Pamungkas minta anak-anak masuk, karena ruang presentasinya hampir kosong karena nggak ada yang dateng. Sebagai anak-anak CC yang harus tau diri dan punya compassion, kita rame-rame masuk ke presentasi itu sekedar untuk menghormati sang pembicara dan sekalian nambah ilmu. Yang presentasi orang Singapore dan berbahasa Inggris. Bahasa Inggrisnya lancar, walaupun tampaknya dia gak begitu peduli sama grammar. Tapi yang penting kita ngerti apa yang dia omongin.

Setelah keluar dari ruang presentasi sekitar jam 5 lewat, gue minta konsumsi panitia ke ruang guru. Setelah itu gue makan bareng temen2 panitia juga. Karena nggak ada lagi yang bisa dilakukan, dan duit udah habis, akhirnya gue pulang aja. Lumayan pulang jam 6, kereta udah sepi kalo hari Sabtu. Gue pun dapet duduk dan tidur pulas di kereta, nyampe jam 8 di rumah, dan menyiapkan diri buat besok hari kedua. Sekian, sampai jumpa!

Background panggung

No comments:

Post a Comment