Beberapa puisi kesayanganku, yang ditorehkan oleh Maestro Sapardi Djoko Damono.
* * *
PADA SUATU PAGI HARI
Maka pada suatu pagi hari
ia ingin sekali
menangis sambil berjalan tunduk
sepanjang lorong itu
Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik
dan lorong sepi
agar dia bisa berjalan sendiri saja
sambil menangis dan tak ada orang bertanya kenapa
Ia tidak ingin menjerit-jerit
berteriak-teriak mengamuk
memecahkan cermin
membakar tempat tidur
Ia hanya ingin menangis lirih saja
sambil berjalan sendiri
dalam hujan rintik-rintik
di lorong sepi
pada suatu pagi
* * *
AKULAH SI TELAGA
Akulah si telaga
berlayarlah di atasnya
berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil
yang menggerakkan bunga-bunga padma
Berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya
sesampai di seberang sana
tinggalkan begitu saja
perahumu biar aku yang menjaganya
* * *
HUJAN BULAN JUNI
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu
di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
* * *
AKU INGIN
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada
* * *
"Ketika berhenti di sini, ia mengerti. Ada yang telah musnah. Beberapa patah kata yang segera dijemput angin begitu diucapkan dan tak sampai ke siapapun." -Sapardi Djoko Damono
Bagus juga blognya, memuat puisi dari legenda sastra Indonesia. Coba baca juga puisi Cermin I dan II dari Beliau. Selamat merenung!
ReplyDelete