Saturday, August 03, 2013

Istana Pasir Kita

Kekasihku, apa kabarmu? Sudah lama sekali kita tidak melakukan sesuatu bersama. Sudah hampir aku terbiasa tanpa kehadiranmu, namun selalu ada pengingat untukku. Aku harap kau pun begitu.

Masih ingatkah kau ketika dulu kita membangun sebuah istana pasir di pantai yang gersang? Aku masih ingat berapa tetes keringat kita yang jatuh waktu itu, yang mungkin kini sudah dilupakan, tersapu oleh ombak ketidakpedulian. Alangkah megah dan indahnya istana kita ketika kita terakhir kali melihatnya berdua, sayang. Ukiran-ukiran dan pelbagai hiasan yang kita torehkan dengan bekal dan alat seadanya, didasari rasa cinta kita dan ketulusan. Aku masih ingat betul betapa kita menangis bersama merasakan kebahagiaan itu.

Setiap saat, kita menjaga dan melindunginya. Bersama-sama dan kadang bergantian. Jika kau tak bisa, aku selalu ada menggantikan kita, begitupun jika aku tak bisa. Cinta yang sangat besar kita berikan untuk menjaga dan memperindah istana itu, istana pasir kita. Kita selalu siap berkelahi dengan ombak dan beradu dengan hujan, melapisinya bahkan dengan pakaian kita sendiri. Aku menyayangimu dan istana pasir kita, kekasihku. Dan aku percaya kau pun begitu.

Tetapi waktu telah memaksa kita untuk meninggalkannya. Merelakannya untuk orang lain agar menjaganya. Dan kita pun berpisah, kau dengan impianmu sendiri mengejar bintangmu, dan aku dengan diriku sendiri. Namun aku telah berjanji kepadamu untuk tetap membiarkan diriku terus ada di sana, memandangi istana kita dengan penuh harapan dan cinta. Dan aku mengorbankan diriku, demi dirimu dan demi istana pasir kita.

Tetapi kemudian aku menangis dan berteriak-teriak. Kekasihku, kini mereka membiarkan orang tidak bertanggungjawab ikut menjaga istana kita. Orang itu mengubah-ubah seenaknya, tanpa mau mengerti akan apa yang dibutuhkan istana kita. Mereka yang kadang merasa lebih tahu, membiarkan orang itu bermain sembarangan di istana kita. Betapa hancur hatiku melihatnya.

Aku menangis memanggil-manggil namamu. Aku tak mau istana pasir kita hancur karena kecerobohan orang tidak bertanggungjawab. Aku terlalu mencintainya. Tapi aku tak lagi punya kekuatan untuk membuat orang itu pergi. Tidak ada yang peduli lagi denganku di sini, yang dengan hati yang remuk memandangi istana pasir kita walau mataku sudah tak mampu melihatnya, terbenam dalam air mata yang tak ada habisnya. Tolong aku, kekasihku, kembalilah, temani dan bantulah aku. Aku membutuhkanmu, membutuhkan kita disini.

Karena hanya dirimu lah yang kusayangi, hanya kau, dan istana pasir kita.

* * *

"Orang bijak membaca dan mengambil pesan tanpa menghakimi siapa atau apapun."

No comments:

Post a Comment