Sunday, August 18, 2013

Ada Yang Datang

Ada yang mengetuk pintu. Ketika pintu dibukakan, aku melihat sebuah senyum dan mata yang bersinar. Dia masuk dan mendatangi kami, dan aku terus menelanjangi wajahnya. Baru yang menghadapku saja yang terlihat. Membuatku penasaran.

Akhir dari waktu sebelum saat itu, aku masih gelap saja. Dimana-mana nuansanya suram. Ada kesedihan dan amarah, dan kebodohan dan pengkhianatan. Ada yang menggerogoti cita rasa dan cita cinta. Sudah kepingin mati saja sebenarnya tapi urung karena harga diri.

Heran. Dia yang datang itu mungkin membawa angin dan matahari bersamanya. Terang dan sejuk, bersinar dan menenangkan, membahagiakan. Padahal baru yang menghadapku saja yang tampak. Aku tidak tahu belakangnya akan jadi seperti apa, hanya ada sesuatu yang mengintip di baliknya. Apa itu aku tak tahu. Tapi aku mau terus bersama kebahagiaan ini. Dia bilang dia akan tinggal disini mulai sekarang. Mungkin ini bisa jadi sesuatu. Aku harap begitu.

Ah, ternyata dia juga mulai terus melihatku. Bingung jadinya untuk bersikap. Ada sebuah perasaan, ya, sebuah getaran. Yang mengubah debit darah dan menggugupkan detak jantung. Yang ada dibaliknya terus mengintip, makin lama makin tampak.

Ada yang datang.

Ya, yang dibaliknya itu.

Tapi, apa itu?

Jangan-jangan............. cinta?

Sepertinya betul.



Ah, akhirnya!


Selamat datang, cinta.


Saturday, August 10, 2013

Ketika Tak Ada Cara Lagi

Semua telah bersimbah dan berpeluh. Segala keberadaan berkelahi dan bertempur. Satu per satu telah membunuh dan dibunuh.

Hati yang berlumur darah menangis bersama amarah yang bangkit. Jantungku telah kumakan sendiri dan paru-paruku telah kuumpankan kepada serigala. Tulang-tulangku berperang dengan dagingku, mendesak keluar dengan penuh hasrat mematikan, mengejarmu yang telah membangkitkan murka agung.

Ingat baik-baik saat ini, dimana tiada jalan lain lagi untuk menghancurkanmu, maka aku mengutuk diriku sendiri untuk bersumpah terhadapmu.

Ketika tak ada cara lagi, maka aku akan mengerahkan semua iblis dalam diriku.

Satu yang tampak,

maupun dua YANG TAK TAMPAK.

Sampai kau MATI.

Saturday, August 03, 2013

Istana Pasir Kita

Kekasihku, apa kabarmu? Sudah lama sekali kita tidak melakukan sesuatu bersama. Sudah hampir aku terbiasa tanpa kehadiranmu, namun selalu ada pengingat untukku. Aku harap kau pun begitu.

Masih ingatkah kau ketika dulu kita membangun sebuah istana pasir di pantai yang gersang? Aku masih ingat berapa tetes keringat kita yang jatuh waktu itu, yang mungkin kini sudah dilupakan, tersapu oleh ombak ketidakpedulian. Alangkah megah dan indahnya istana kita ketika kita terakhir kali melihatnya berdua, sayang. Ukiran-ukiran dan pelbagai hiasan yang kita torehkan dengan bekal dan alat seadanya, didasari rasa cinta kita dan ketulusan. Aku masih ingat betul betapa kita menangis bersama merasakan kebahagiaan itu.

Setiap saat, kita menjaga dan melindunginya. Bersama-sama dan kadang bergantian. Jika kau tak bisa, aku selalu ada menggantikan kita, begitupun jika aku tak bisa. Cinta yang sangat besar kita berikan untuk menjaga dan memperindah istana itu, istana pasir kita. Kita selalu siap berkelahi dengan ombak dan beradu dengan hujan, melapisinya bahkan dengan pakaian kita sendiri. Aku menyayangimu dan istana pasir kita, kekasihku. Dan aku percaya kau pun begitu.

Tetapi waktu telah memaksa kita untuk meninggalkannya. Merelakannya untuk orang lain agar menjaganya. Dan kita pun berpisah, kau dengan impianmu sendiri mengejar bintangmu, dan aku dengan diriku sendiri. Namun aku telah berjanji kepadamu untuk tetap membiarkan diriku terus ada di sana, memandangi istana kita dengan penuh harapan dan cinta. Dan aku mengorbankan diriku, demi dirimu dan demi istana pasir kita.

Tetapi kemudian aku menangis dan berteriak-teriak. Kekasihku, kini mereka membiarkan orang tidak bertanggungjawab ikut menjaga istana kita. Orang itu mengubah-ubah seenaknya, tanpa mau mengerti akan apa yang dibutuhkan istana kita. Mereka yang kadang merasa lebih tahu, membiarkan orang itu bermain sembarangan di istana kita. Betapa hancur hatiku melihatnya.

Aku menangis memanggil-manggil namamu. Aku tak mau istana pasir kita hancur karena kecerobohan orang tidak bertanggungjawab. Aku terlalu mencintainya. Tapi aku tak lagi punya kekuatan untuk membuat orang itu pergi. Tidak ada yang peduli lagi denganku di sini, yang dengan hati yang remuk memandangi istana pasir kita walau mataku sudah tak mampu melihatnya, terbenam dalam air mata yang tak ada habisnya. Tolong aku, kekasihku, kembalilah, temani dan bantulah aku. Aku membutuhkanmu, membutuhkan kita disini.

Karena hanya dirimu lah yang kusayangi, hanya kau, dan istana pasir kita.

* * *

"Orang bijak membaca dan mengambil pesan tanpa menghakimi siapa atau apapun."