Di kakiku terbentang peron.
Di telingaku berdentang saron.
Di mataku tergelar kampus yang - katanya - juara.
Di mulutku terpapar kata tanpa suara.
Cimpay masih hilang, dari pohon rambutan asalnya.
Cimpay yang malang, ke ragunan tujuannya.
Cimpay sayang, di sini menunggu abang.
Cimpay boru tulang, cepat pulang.