Friday, August 21, 2015

Cimpay Masih Hilang

Di kakiku terbentang peron.
Di telingaku berdentang saron.
Di mataku tergelar kampus yang - katanya - juara.
Di mulutku terpapar kata tanpa suara.

Cimpay masih hilang, dari pohon rambutan asalnya.
Cimpay yang malang, ke ragunan tujuannya.
Cimpay sayang, di sini menunggu abang.
Cimpay boru tulang, cepat pulang.

Sang Cimpay Hilang

Hatta hilanglah kembali Sang Cimpay tanpa ditinggalkannya suatu kata bagi sahaya. Syahdan ditelanlah oleh malam itu, sebuah keberadaan yang disebut-sebut mirip kesunyian -- kesendirian.

Jogjakartamu yang Baru

Akhirnya kau terloncat dari lelap tidurmu, hanya untuk mendapati dirimu yang bisa-bisanya lupa untuk terkejut mengetahui ihwalnya keretamu mendahului koper dan ranselmu. Yang kau cari hanya satu: dia yang tak membiarkan dirinya tidur sehari penuh; dia yang menanti-nanti batang hidungmu hingga terusir oleh fajar baru; dia, hantu dalam bayang tanpa jemu; dia, Jogjakartamu yang baru.

Monday, August 03, 2015

Hanya Untukmu Hanya Untukku

ya, bangsat
kau menjebakku
setidaknya dirimu sebagian banyak
sudah menjeratku

kemana langkahku ya bayangmu
kau mau kuganti ya tidak bisa

sampai seberang
seribu hasta laut
hati kecilmu
mana bisa ku berpaling

mau ke ujung dunia
mau ke tujuh samudra
nantiku apa ya nantimu
tungguku apa ya tunggumu

apa hanya untukmu itu hanya untukku

bintang berpijar
mana yang terpandang
mana yang tersembunyi
berada dimana cintaku yang disana itu

disanaku atau disanamu yang gelap
di langitku atau di langitmu yang perlu bintang
yang menuju diriku
yang menuju dirimu

yang hanya untukmu
yang hanya untukku