Kesalahan yang sangat besar telah
terjadi dalam pemahaman masyarakat tentang tolak ukur keberhasilan seorang
pemimpin. Arogansi para penguasa sejak zaman dinasti-dinasti masa lampau telah membuat
masyarakat gagal memilih siapa yang pantas dan sanggup memimpin mereka.
Selama ini, seseorang
dikatakan sebagai seorang pemimpin yang baik ketika ia berhasil membuat bawahan
ataupun rakyatnya menaati aturan-aturan dan hukum-hukum yang berlaku, dan berhasil
menghukum mereka yang tidak berbuat sesuai dengan aturan. Hal ini membuat semua
orang terikat kepada sebuah ‘kepatuhan’ yang berbahaya. Aturan-aturan dan
doktrin-doktrin yang ada tidak dipertanyakan kembali, dan dianggap sebagai
sebuah ‘kebenaran’ yang absolut. Selanjutnya, para calon-calon pemimpin pun
pada akhirnya mengikuti anggapan umum ini, dan meneruskannya kepada generasi
berikutnya.
Hal inilah yang tidak
dilakukan oleh seorang Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, dan Aung San Suu Kyi.
Mereka tidak memaksa orang untuk menaati aturan-aturan hukum, dan tidak
menghukum mereka yang melanggarnya. Yang mereka lakukan adalah menginspirasi
orang untuk melakukan hal yang benar. Mereka juga yang selalu mempertanyakan
hal-hal yang selama ini dianggap benar menurut doktrin-doktrin hasil dari sikap
arogansi para penguasa. Pemimpin seperti merekalah yang menginspirasi
masyarakat untuk secara sadar mengikuti aturan yang ada tanpa merasa dipaksa,
sehingga kehidupan dalam masyarakat menjadi sebuah harmoni yang bebas dan penuh
demokrasi.
Figur seperti itulah yang
dibutuhkan Indonesia agar dapat berkembang menjadi sebuah negara yang makmur.
Negeri ini butuh pelopor-pelopor yang dapat menginspirasi dan menyadarkan
masyarakat, bukan memaksa masyarakat. Kita pernah memiliki Bung Tomo yang
dengan menggebu-gebu dapat menginspirasi dan menyemangati para pejuang
kemerdekaan untuk bertempur melawan penjajah. Kita juga pernah memiliki Munir
yang tanpa rasa takut menyadarkan masyarakat akan keluhuran hak-hak asasi
manusia. Orang-orang seperti merekalah yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, para pemuda
sebagai penerus bangsa dituntut untuk berani maju dan mempertanyakan semua hal.
Perlu ada gebrakan yang dilakukan untuk memperbaiki aturan-aturan yang ada
selama ini, sehingga tidak ada lagi pendahuluan kepentingan penguasa di dalam
penyelenggaraan hukum. Bangsa ini tidak membutuhkan pemimpin yang memaksa orang
menaati aturan, melainkan pemimpin yang sanggup menginspirasi orang untuk
melakukan hal yang benar.
Depok, 15 September 2012
Canisius Education Fair Seminar
No comments:
Post a Comment