Tuesday, October 02, 2012

Pemimpin Yang Menginspirasi

Kesalahan yang sangat besar telah terjadi dalam pemahaman masyarakat tentang tolak ukur keberhasilan seorang pemimpin. Arogansi para penguasa sejak zaman dinasti-dinasti masa lampau telah membuat masyarakat gagal memilih siapa yang pantas dan sanggup memimpin mereka.

Selama ini, seseorang dikatakan sebagai seorang pemimpin yang baik ketika ia berhasil membuat bawahan ataupun rakyatnya menaati aturan-aturan dan hukum-hukum yang berlaku, dan berhasil menghukum mereka yang tidak berbuat sesuai dengan aturan. Hal ini membuat semua orang terikat kepada sebuah ‘kepatuhan’ yang berbahaya. Aturan-aturan dan doktrin-doktrin yang ada tidak dipertanyakan kembali, dan dianggap sebagai sebuah ‘kebenaran’ yang absolut. Selanjutnya, para calon-calon pemimpin pun pada akhirnya mengikuti anggapan umum ini, dan meneruskannya kepada generasi berikutnya.

Hal inilah yang tidak dilakukan oleh seorang Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, dan Aung San Suu Kyi. Mereka tidak memaksa orang untuk menaati aturan-aturan hukum, dan tidak menghukum mereka yang melanggarnya. Yang mereka lakukan adalah menginspirasi orang untuk melakukan hal yang benar. Mereka juga yang selalu mempertanyakan hal-hal yang selama ini dianggap benar menurut doktrin-doktrin hasil dari sikap arogansi para penguasa. Pemimpin seperti merekalah yang menginspirasi masyarakat untuk secara sadar mengikuti aturan yang ada tanpa merasa dipaksa, sehingga kehidupan dalam masyarakat menjadi sebuah harmoni yang bebas dan penuh demokrasi.

Figur seperti itulah yang dibutuhkan Indonesia agar dapat berkembang menjadi sebuah negara yang makmur. Negeri ini butuh pelopor-pelopor yang dapat menginspirasi dan menyadarkan masyarakat, bukan memaksa masyarakat. Kita pernah memiliki Bung Tomo yang dengan menggebu-gebu dapat menginspirasi dan menyemangati para pejuang kemerdekaan untuk bertempur melawan penjajah. Kita juga pernah memiliki Munir yang tanpa rasa takut menyadarkan masyarakat akan keluhuran hak-hak asasi manusia. Orang-orang seperti merekalah yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, para pemuda sebagai penerus bangsa dituntut untuk berani maju dan mempertanyakan semua hal. Perlu ada gebrakan yang dilakukan untuk memperbaiki aturan-aturan yang ada selama ini, sehingga tidak ada lagi pendahuluan kepentingan penguasa di dalam penyelenggaraan hukum. Bangsa ini tidak membutuhkan pemimpin yang memaksa orang menaati aturan, melainkan pemimpin yang sanggup menginspirasi orang untuk melakukan hal yang benar.

Depok, 15 September 2012
Canisius Education Fair Seminar

No comments:

Post a Comment